Generasi Z dikenal sebagai generasi muda yang melek dengan teknologi, kreatif, berani, dan terbuka untuk semua ide-ide segar masa kini. Satu fenomena unik yang saat ini marak terjadi di kalangan Generasi Z atau Gen Z adalah mereka kebanyakan memilih tarot reading untuk pedoman hidup dan sebagai cara menemukan jati diri.
Alih-alih pergi dan membuat janji dengan Psikolog, Gen Z cenderung memilih membuat janji dengan pembaca tarot dalam menentukan pilihan hidupnya, menyelesaikan masalah, atau bahkan merencanakan masa depan.
Terlebih, kini banyak tren TikTok Tarot yang beredar. Gen Z sebagai generasi yang paling banyak menggunakan sosial media tentu terpapar dengan konten-koten pembaca tarot di platform TikTok.
Tren ini tentu menjadi keresahan dan perdebatan di waktu yang bersamaan. Terutama bagi sebagian orang yang percaya bahwa membuat janji dengan Psikolog profesional lebih bisa dipercaya dibanding pembaca tarot.
Tetapi, sebenarnya ada alasan-alasan khusus kenapa Gen Z lebih memilih berlari ke pembaca tarot ketika mereka dihadapi oleh masalah dibanding bertemu dengan Psikolog profesional.
Akses dan Harga yang Terjangkau
Salah satu alasan utama kenapa Gen Z lebih memilih untuk membuat janji dengan pembaca tarot adalah akses yang mudah dan harga yang terjangkau. Sekarang banyak sekali pembaca tarot berseliweran di media sosial.
Gen Z yang dikenal sangat melek dengan sosial media tentu sangat terpapar dengan konten-konten pembaca tarot yang sangat menjamur. Khususnya di Instagram dan TikTok. Bahkan, ada beberapa pembaca tarot yang memiliki banyak followers di akun sosial media mereka.
Salah satunya adalah Jessica Dore. Ia memiliki lebih dari 52 ribu pengikut di Instagram. Dore seringkali menunggah sebuah gambar kartu dan menuliskan ramalan di keterangan fotonya (caption) yang dihubungkan dengan konsep psikologis, legenda, mitos dan hal-hal lain untuk dorongan intospeksi diri kepada pengikutnya.
Dore juga memiliki lebih dari 100ribu pengikut di X (dulunya Twitter). Bahkan, ia pernah menulis buku tentang pengalaman manusia melalui tarot dengan judul Tarot For Change.
Pembaca tarot lain, yang menjamur di media sosial, juga banyak ditemukan di TikTok. Mereka mengunggah video sedang mengocok kartu, kemudian mengambil satu kartu dan membacanya. Di sana, mereka memberikan caption yang mengarahkan “jika kamu menemukan video ini, artinya ada sesuatu yang akan terjadi hidupmu”.
Pembaca tarot ini kemudian mengarahkan penontonnya untuk memesan layanannya jika ingin dibaca lebih lanjut. Umumnya, mereka membuka harga mulai dari Rp300 ribu untuk satu kali sesi konsultasi.
Kemudahan dan menjamurnya pembaca tarot di media sosial ini jadi faktor kuat untuk Gen Z lebih percaya mereka dibanding pergi ke psikolog. Ditambah, jarang sekali para psikolog profesional membuat konten-konten di media sosial untuk mengedukasi masyarakat.
Pendekatan Unik yang Menyentuh Kebutuhan Pribadi
Pembaca tarot biasanya akan mengacu pada gambar-gambar dari kartu yang mereka miliki untuk membaca masa depan atau mengatasi masalah yang dihadapi oleh pengikutnya. Mereka juga menambahkan saran atau rekomendasi dengan pendekatan yang sangat relate dengan masalah-masalah umum yang dihadapi oleh Gen Z.
Tetapi, tidak jarang juga mereka menggunakan kombinasi angka dan simbol-simbol khusus yang mana menurut Gen Z hal tersebut justru membuat pembaca tarot memiliki pendekatan yang unik.
Taryn Herlich pernah menulis di The Guardian tentang pengalamannya mengikuti konten pembaca tarot di TikTok. Ia bercerita, ucapan-ucapan yang dikatakan oleh pembaca tarot sering kali terjadi di hidupnya di kemudian hari. Seperti berkomunikasi kembali dengan mantan pacar, hingga meramalkan bagaimana salah satu anggota keluarganya meninggal.
Pendekatan pembaca tarot juga dilakukan dengan menggunakan angka-angka acak yang secara tidak sengaja ditemukan oleh Herlich di kehidupan nyata. Misalnya, ia sering menemukan angka-angka 111, 1144, dan 222. Pembaca tarot akan menghubungkan angka-angka tersebut dengan kejadian yang akan ia alami. Dan ternyata, terbukti.
Hal-hal seperti ini, yang sebenarnya secara tidak sengaja dapat terbukti, membuat tarot seperti memainkan peran penting di kehidupan Gen Z.
Mengesampingkan Stigma
Masalah kesehatan mental sering kali dianggap buruk dan dipandang sebelah mata di masyarakat. Sehingga sulit bagi sebagian orang untuk mencari bantuan ke psikolog. Di sisi lain, pembacaan tarot sering kali tidak dianggap buruk karena tidak dikaitkan dengan penyakit mental.
Gen Z yang masih menerima stigma ini tentu lebih memilih tarot dibanding pergi ke psikolog profesional.
Meskipun pembaca tarot dapat menjadi alternatif yang bermanfaat untuk menemukan jati diri, sebaiknya berhati-hati dalam memberikan kepercayaan berlebih untuk mereka.
Tindakan profesional dari psikolog juga tetap dibutuhkan dalam mengatasi masalah mental, terutama untuk yang benar-benar membutuhkannya.
Penulis: Rena Dwi Astuti