Penulis: Rena Dwi Astuti
Angka pengangguran dan fenomena PHK yang marak terjadi di dunia saat ini membuat orang-orang mulai memperbaiki resume atau CV mereka di platform LinkedIn. Namun, hal berbeda justru terjadi pada Generasi Z.
Generasi Z atau Gen Z yang lahir pada tahun 1997-2010 ini dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, paham dengan tren-tren terkini, dan vokal untuk isu-isu sosial dan pekerja. Sebagai generasi yang hidup dan tumbuh beriringan dengan kemajuan teknologi, Gen Z justru cenderung menggunakan aplikasi Instagram dibanding LinkedIn dalam membangun personal branding mereka.
Alih-alih memperbaiki resume atau CV di LinkedIn, Gen Z justru sering kali memaksimalkan fitur-fitur di Instagram untuk membantu mereka membangun citra dirinya sendiri. Yang mana hal ini dapat mereka gunakan untuk “menjual” atau mempromosikan diri kepada perusahaan-perusahaan yang mereka lamar.
Sebenarnya, ada beberapa alasan kenapa pada akhirnya Gen Z lebih memilih Instagram daripada LinkedIn untuk membangun citra mereka. Selain karena lebih modern, fitur-fitur yang ditawarkan oleh Instagram juga lebih menarik perhatian.
Memainkan Fitur-fitur Unik di Instagram
Berbicara soal personal branding, sebenarnya LinkedIn adalah tempat yang tepat untuk seseorang jika ingin menarik perhatian perusahaan. Apalagi, di sana adalah tempat para pencari kerja dan tenaga kerja berkumpul.

Namun, fitur-fitur di LinkedIn terkesan kuno dan monoton untuk Gen Z. Mereka lebih memilih untuk membangun citra diri menggunakan Instagram dengan memanfaatkan fitur-fitur unik dan modern di dalamnya.
Kita ketahui bahwa Instagram memiliki fitur “Highlight” di mana penggunanya bisa menyematkan arsip stories mereka di halaman profil. Hal ini tentu menarik perhatian Gen Z. Mereka tinggal menggunakan fitur ini dan mengelompokan aktivitas mereka.
Misalnya, seorang Gen Z punya hobi menulis atau membaca. Mereka bisa mengumpulkan arsip stories ketika mereka menulis atau membaca sebuah buku atau novel menggunakan fitur Highlight. Voila, mereka telah memberi tahu dunia apa kesukaan mereka.
Fitur lain yang bisa digunakan Gen Z pada Instagram adalah menyematkan link dalam profile mereka. Pengguna Instagram bisa memasukkan link apa saja pada kolom profile. Hal itu bisa dimanfaatkan Gen Z untuk memasukkan portfolio karya mereka.
Postingan feed atau reels yang diunggah juga bisa menjadi cara mereka dalam membangun personal branding. Walaupun pada kenyataannya, HRD perusahaan tetap melihat dan mempertimbangkan seseorang dengan pengalaman kerja mereka, bukan hanya sekadar personal branding.
Pendekatan Lebih Personal
Aplikasi LinkedIn yang terlihat profesional terkadang membuat Gen Z enggan membuat konten menarik di sana. Mereka cenderung melihat LinkedIn sebagai aplikasi yang serius dan kaku.
Berbanding terbalik dengan Instagram. Gen Z yang sering kali berselancar di media sosial justru melihat Instagram lebih lunak dibanding mereka menggunakan LinkedIn.

Gen Z bisa mengekspresikan diri dengan bebas di akun Instagram pribadi mereka. Termasuk untuk membangun personal branding dalam menarik perhatian perusahaan.
New York Post bahkan pernah membuat tulisan tentang fenomena Gen Z yang mengalami “LinkedIn-Envy”. Di mana Gen Z ternyata merasa iri dengan pencapaian orang-orang, entah itu kerabat atau konten kreator digital, yang mereka tuangkan di platform LinkedIn.
Sebaliknya, ketika menggunakan Instagram, Gen Z jauh lebih nyaman dan luwes. Mereka merasa berada di dalam bubble yang nyaman dan tidak terusik dengan pencapaian atau momen-momen yang dilalui oleh orang lain.
LinkedIn Hanya untuk Melamar Pekerjaan
Meskipun Gen Z cenderung menggunakan Instagram untuk membangun personal branding, mereka tetap memercayai LinkedIn sebagai platform dalam mencari pekerjaan. Menurut data yang dirilis oleh LinkedIn, setidaknya ada 80 persen Gen Z yang menggunakan LinkedIn mengatakan mereka tertarik untuk mengikuti banyak perusahaan dan organisasi di LinkedIn.
Sebanyak 75% mengatakan bahwa perusahaan dan organisasi memposting konten yang berharga di halaman LinkedIn mereka. Gen Z menganggap bahwa LinkedIn adalah platform untuk membuat koneksi, pembelajaran, dan penelitian.
Dari seluruh sampel anggota LinkedIn, Gen Z menggunakan platform ini sebagai tempat untuk memantau perusahaan dan lowongan pekerjaan yang mungkin bisa mereka lamar. Pada akhirnya, Gen Z tetap membutuhkan LinkedIn untuk melamar pekerjaan, sementara mereka masih menggunakan Instagram dan fitur-fitur di dalamnya untuk membangun citra diri atau personal branding.