Empat episode luar biasa dari Adolescence pantas mendapat standing applause dari penonton. Mengisahkan tentang Jamie Miller yang membunuh teman sekelasnya Katie Leonard, Adolescence langsung menjadi buah bibir di media sosial.
Di balik layar, tim Adolescence memang berhasil menggaet aktor-aktor terbaik. Owen Cooper, aktor berusia 15 tahun yang memerankan Jamie Miller, berhasil menghidupkan karakternya dengan sangat baik.
Owen menunjukkan kepintaran aktingnya dengan memperhatikan setiap detail adegan. Ekspresi, cara penyampaian dialog, dan jangkauan emosi yang ditampilkan begitu mendalam sehingga membuat penonton takjub akan kemampuannya.
Tidak hanya Owen Cooper, Stephen Graham yang berperan sebagai Eddie Miller juga berhasil membuat penonton merasakan ketakutan, kesedihan, frustasi, dan kemarahan saat tahu anaknya dibawa ke kantor polisi.
Dan, jangan lupakan Briony Ariston yang memerankan Erin Doherty, seorang psikolog anak. Melalui percakapan panjangnya yang terkesan membosankan dengan Jamie, penonton perlahan bisa memahami apa yang ada di pikiran Jamie.
Selama menonton, bukan hanya fokus dengan tiap percakapan, penonton juga tidak bisa tidak terperangah dengan sinematografinya. Sebagian besar adegan diambil dalam satu tarikan atau shot tanpa putus.
Ini tidak hanya menuntut para aktor untuk menghafal dialog yang panjang, tetapi juga menjadi tantangan besar bagi tim kameramen yang harus cekatan dalam menangkap setiap emosi yang muncul.
Berkat kolaborasi yang solid dari semua pihak, Adolescence pun berhasil menjadi serial yang tidak hanya epik dari segi penulisan, tetapi juga sangat memukau secara sinematografi.
Adolescence di Emmy Awards

Di awal penayangannya, Adolescence berhasil mencatatkan prestasi dengan menjadi salah satu program paling banyak ditonton di seluruh dunia selama akhir pekan. The Guardian menuliskan bahwa serial ini “mendekati kesempurnaan televisi.” Sementara itu, The Times menuliskan “sangat sempurna” dalam ulasan yang mereka garap.
Dan pada akhirnya, Adolescence berhasil boyong sederet penghargaan dalam ajang Emmy Awards 2025. Serial ini berhasil memenangkan penghargaan untuk Outstanding Limited or Anthology Series, dan setelah ditotal mengantongi enam piala.
Aktor utama dan co-creator, Stephen Graham, mencatatkan prestasi gemilang dengan memenangkan Outstanding Lead Actor in a Limited or Anthology Series or Movie. Tak hanya itu, dua aktor pendukungnya, Owen Cooper dan Erin Doherty, juga sama-sama ikut memboyong piala.
Di malam Emmy Awards yang penuh cahaya dan bertabur binta Hollywood tersebut, Owen Cooper catatkan sejarah baru. Ia menjadi aktor termuda yang pernah memenangkan penghargaan Emmy untuk aktor pendukung terbaik dalams serial terbatas. Penghargaan ini diterima Owen di usianya yang baru 15 tahun.
Sementara itu, Adolescence adalah film pertamanya sebagai aktor profesional yang diproduksi saat ia masih berusia 14 tahun. Malam itu, Owen berhasil mengalahkan pesaingnya mulai dari Ashley Walters, Javier Bardem, Bill Camp, Peter Sarsgaard, dan Rob Delaney.
Di balik produksi Adolescence

Serial Adolescence memang menyoroti isu “kemarahan laki-laki” yang sangat relevan. Karakter Jamie Miller, yang menjadi korban pelecehan emosional, adalah gambaran dari bagaimana trauma bisa berujung pada kekerasan. Serial ini menjadi pengingat bagi para orang tua bahwa keheningan anak remaja tidak selalu berarti mereka baik-baik saja.
Ditulis oleh Jack Thorne dan Stephen Graham, Adolescence merupakan refleksi tajam dari fenomena sosial yang mengkhawatirkan. Di mana kasus pembunuhan yang dilakukan remaja laki-laki dengan korban remaja perempuan terus meningkat di Inggris.
“Ada insiden di mana seorang remaja laki-laki (diduga) menikam seorang gadis. Itu mengejutkan saya. Saya berpikir, ‘Apa yang terjadi? Apa insiden yang memicunya?’ Saya benar-benar hanya ingin menyorotnya, dan bertanya, ‘Mengapa ini terjadi hari ini?,'” kata Graham kepada Tudum.
Lewat pernyataan tersebut, akhirnya sudah jelas bahwa serial Adolescence ini adalah sebuah refleksi. Meskipun begitu, tak sedikit netizen yang tetap percaya kalau serial ini diangkat dari kisah nyata. Opini-opini tersebut pun berujung menjadi kontroversi yang terus bergulir.
Kontroversi ini bermula ketika seorang pengguna X mengklaim bahwa Adolescence diangkat dari kasus pembunuhan nyata di Southport, Inggris. Ia pun menyebut kalau serial ini mengubah ras pelaku untuk kepentingan narasi tertentu.
“Mereka menukar pembunuh yang sebenarnya dari seorang pria kulit hitam/migran dengan seorang anak laki-laki kulit putih dan ceritanya mengatakan bahwa dia diradikalisasi secara daring oleh gerakan pil merah. Benar-benar propaganda anti-kulit putih,” tulis akun @stillgray.