Penulis: Rena Dwi Astuti
Film Mickey 17 jadi salah satu tontonan pilihan yang bagus di awal tahun 2025 ini. Film Mickey 17 merupakan film karya dari Bong Joon Ho, sutradara yang sama untuk film Parasite (2019).
Bong Joon Ho kembali ke layar kaca dengan memberikan suguhan menarik lewat Mickey 17, film bergenre sci-fi yang mengawinkan realitas individu dengan intrik sosial kehidupan. Ya, seperti film-film Bong Joon Ho sebelumnya, ia kembali menyisipkan isu-isu sosial ke dalam karyanya.
Mickey 17 sebenarnya adalah film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul Mickey 7 karya Edward Ashton yang terbit pada 2022. Film ini memiliki tema komedi gelap fiksi ilmiah yang dibintangi oleh Robert Pattinson sebagai Mickey Barnes, tokoh utamanya.
Mickey Barnes dikisahkan sebagai seorang ‘Expendables’ dalam misi kolonialisasi ke planet es bernama Niflheim. Tugas Mickey cukup ekstrem di planet es tersebut. Terkadang ia harus menguji radiasi tanpa menggunakan pelindung, mempelajari struktur es, sampai menjadi objek eksperimen.

Robert Pattinson berperan ganda sebagai Mickey17 dan Mickey18, memberikan penampilan yang menangkap kompleksitas dan dilema eksistensial karakter tersebut. Pemeran pendukung menambah kedalaman narasi, dengan Naomi Ackie sebagai Nasha, yang memerankan kekasih Mickey; Steven Yeun sebagai Berto, seorang pilot dan teman masa kecil Mickey; dan Mark Ruffalo sebagai Kenneth Marshall dan Toni Collette sebagai Gwen, yang memainkan peran penting dalam hierarki koloni.
Berangkat dari kisah di novel Mickey 7, seorang expendable harus mengetahui dan paham jika ia mati saat bertugas, nantinya akan ada kloningan yang menggantikan dirinya. Seorang kloningannya ini akan memiliki fisik dan ingatan yang sama seperti tubuh yang sebelumnya.
Bong Joon Ho tertarik pada novel Ashton karena eksplorasinya terhadap tema-tema seperti sifat manusia yang mudah dikorbankan dan dilema etika kloning. Namun, ketika memutuskan untuk mengangkat Mickey 7 menjadi sebuah film, Bong Joon Ho memberikan beberapa penyesuaian dan perbedaan dari novel aslinya.
Perbedaan Film Mickey 17 dan Novel Mickey 7
Dapat kita lihat bahwa perbedaan paling jelas dari film dan novel ini terletak di judul. Berikut penjelasan perbedaan Film Mickey 17 dan Novel Mickey 7:
Konsep Expendables
Film dan novel ini sama-sama menggunakan konsep expendables, yaitu manusia “sekali pakai” yang dikirim dalam misi berbahaya di planet es Niflheim. Konsep expendables ini menyebabkan para pekerja mengetahui betul, jika mereka mati, maka akan ada kloningan baru yang menggantikannya
Pada novel Mickey 7, Ashton menggambarkan konsep expendables ini membuat Mickey jadi lebih seperti kelas pekerja yang dapat digantikan dengan mudah. Menyentil isu humanisme dan sosial, di mana menyoroti kritik terhadap sistem kapitalis yang merendahkan nilai kehidupan individu.
Sementara Bong Joon Ho mengemas konsep ini diselipkan komedi-komedi gelap dalam film Mickey 17. Karakter Mickey yang sebagai kelas pekerja juga dikisahkan menjadi karakter yang terlalu baik. Bong Joon Ho juga melakukan simplifikasi pada teknologi yang bisa membuat kloning manusia dalam film Mickey 17. Berbeda dari novelnya yang menjelaskan dengan rinci dan menggunakan teknologi-teknologi canggih.
Judul dan Angka
Perbedaan yang paling kentara antara film dan novel ini terletak dalam angka yang ada pada judul. Bong Joon Ho memutuskan untuk menggunakan judul Mickey 17, yang menandakan bahwa film ini menceritakan kloningan expendables yang ke-17 kali.
Perbedaan judul ini pun sebenarnya punya alasan tersendiri. Kritikus film, melalui Slash Film, mengatakan bahwa penyesuaian judul ini sekaligus menjadi poin penting dalam film yang menyoroti kelas pekerja dan sistem kapitalis di dalamnya. Di mana angka 17 mengartikan bahwa Mickey telah digantikan sebanyak 17 kali.
Lewat film ini, Bong Joon Ho ingin menyelipkan kritik bagaimana sistem kapitalis bisa menggantikan para pekerja dengan mudah. Angka 17 itu menggambarkan sebanyak apa mereka telah mengganti pekerjanya.
Beberapa pengkritik film bahkan mengatakan film Mickey 17 adalah gambaran realitas dari kelas pekerja di Amerika Serikat. Walaupun Bong Joon Ho datang dari Korea Selatan, filmnya menyatakan keadaan dan kritik terhadap sistem di Amerika Serikat, di mana itu juga menjadi asal negara sang aktor, Robert Pattinson.
Pengembangan Karakter Mickey
Dalam novel Mickey 7, Ashton menggagas ide untuk ‘Mickey7’ dengan merenungkan konsep ‘ keabadian yang buruk ‘ dalam struktur sosial yang eksploitatif. Ia bertujuan untuk mengeksplorasi implikasi filosofis dari pemindahan kesadaran dan kondisi manusia dalam latar dystopian. Ashton telah lama menyatakan minatnya pada paradoks teletransportasi, pertanyaan filosofis tentang apakah seseorang yang diteleportasi tetap menjadi individu yang sama, yang menjadi dasar premis novel tersebut.

Ashton berusaha memadukan rangkaian adegan penuh aksi dengan renungan filosofis, menciptakan narasi yang menghibur sekaligus menggugah pikiran. Ia menekankan pentingnya realisme karakter, dengan menyatakan, ” Jika pembaca tidak percaya bahwa karakter tersebut adalah orang sungguhan, mengapa mereka peduli dengan apa yang terjadi pada mereka? “
Ashton juga menyoroti tantangan dalam menyeimbangkan humor dengan tema-tema serius, mengakui bahwa meskipun humor merupakan alat yang penting, humor harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari merusak gravitasi narasi.
Smentara itu, Film-film Bong Joon-ho dikenal karena alur ceritanya yang rumit, sinematografi yang hidup, dan karakter-karakter yang memikat. Ia adalah ahli dalam bercerita, dikenal karena kemampuannya untuk mengambil alur cerita yang tampaknya berbeda dan menyatukannya dengan mulus.
Film-filmnya sering kali menampilkan alur yang berliku-liku yang membuat penonton terus tertarik hingga akhir. Menurut High on Films, Bong Joon Ho tertarik membuat Mickey 7 menjadi film karena eksplorasinya terhadap tema-tema sifat manusia yang mudah dikorbankan.
Bong Joon Ho juga mempertahankan narasi inti sambil memadukannya dengan gaya bercerita khasnya, menawarkan perspektif satir tentang kesenjangan kelas dan eksploitasi kapitalis. Dari sana, ia membuat karakter Mickey menjadi pekerja yang pasrah dan membalutnya dengan komedi-komedi gelap.